Saya sedang membangun perkebunan sawit dan karet yang cukup luas. Namun ada banyak kendala yang harus saya hadapi untuk membangun perkebunan tersebut.
Kondisi baik pokok sawit maupun karet dalam kondisi tidak sehat. Hal ini menyebabkan hasil panen pun tidak maksimal. Sebagai ilustrasinya bisa saya gambarkan bahwa untuk 1 ha sawit bisa menghasilkan sekitar 1-2 ton buah segar. Sedangkan kebun sawit saya hanya menghasilkan 200-300 kg buah segar per ha. Kacau kan…
Memang untuk membenahi kebun tersebut sangatlah mudah. Cukup dilakukan pembersihan, penunasan, pemupukan dan perawatan lainnya. Itu teorinya. Tapi secara praktek sulit karena saya mempunyai kendala financial. Saya harus menyiapkan uang sebesar 100-200 juta untuk perawatan awal. Belum lagi mempersiapkan uang untuk perawatan lanjutan. Sedangkan uang dikantong saya boleh dibilang nol rupiah.
Untuk melakukan pinjaman di bank kemungkinan besar sulit. Karena saya masih ada pinjaman di bank lain yang belum lunas. Sedangkan untuk melakukan pinjaman uang dengan pihak lain (non bank) pun cukup sulit. Siapa yang mau meminjamkan banyak uang ke saya? Sedangkan saya adalah orang yang baru menetap disini. Belum mengenal banyak orang.
Tantangan lain adalah, bahwa untuk melakukan pemupukan tidak bisa dilakukan sembarangan. Pemupukan hanya bisa diaplikasikan setiap awal dan akhir musim hujan. Ini berarti setahun hanya bisa di lakukan dua kali. Awal tahun dan akhir.
Akhirnya selama 8 bulan terakhir ini, saya memutar otak agar bisa membenahi kebun ini. Dan harapan saya diakhir 2011 ini bisa melakukan pemupukan. For info, bahwa awalnya saya sama sekali tidak tahu tentang perkebunan.
Setelah mengerti secara teori, pelan-pelan saya pun melakukan program aksi. Pertama-tama saya focus pada membangun image kebun dan memotivasi pekerjanya. Image kebun saya lakukan dengan membabat rumput-rumput yang sudah tinggi dan melakukan beberapa pembersihan baik di pokok maupun di lahan kebun. Tujuannya agar kebun saya enak dipandang.
Pelan-pelan saya bangun kebun itu agar terlihat cantik sembari mencari cara untuk mendapatkan pupuk apabila musim hujan datang.
Hasil panen saya sangat tidak maksimal. Bahkan hasil panen tersebut kadang tidak bisa menutupi untuk membayar hak karyawan. Namun begitu, saya tetap yakinkan mereka bahwa ini hanyalah sementara, saya hanya menunggu waktu hujan agar bisa memupuk. Dengan begitu hasil panen pun akan naik. Dan bisa meng cover kebutuhan kebun.
Saya berbicara begitu dengan keyakinan yang minim bahwa saya akan mendapatkan pupuk. Karena waktu itu saya sama sekali belum mendapatkan jalan keluar dari mana pupuk akan didapatkan.
Singkat cerita, musim hujan pun datang. Kebun cantik dan rapi, dan yang dibutuhkan tinggal pupuk. Dan untuk mendapatkan pupuk butuh uang !!!!
Saya tetap berusaha dan berdoa agar bisa memberi makan pohon-pohon sawit dan karet saya. Saya pun membeli pupuk secara eceran. Saya membeli pupuk 1 sak dan saya bawa sendiri dengan menggunakan motor. Setiap saya mempunyai uang lebih, selalu saya sisihkan untuk membeli pupuk walau hanya 1 sak. Prinsip saya, biarlah satu pohon ada yang bagus dari pada tidak sama sekali.
Bahkan orang-orang banyak yang menertawai dan mencibir saya. Bagaimana bisa bagus kebunnya kalau cuma beli pupuk eceran. Sedangkan kebun saya luas. Dibutuhkan sekitar 800 sak untuk memupuk semuanya. Tapi saya cuek. Yang penting jalan terus. Toh saya tidak menyusahkan atau meminta makan dari mereka.
Tuhan memberi saya jalan. Ada orang yang menawarkan sapinya untuk ditempatkan di kebun saya. Awalnya saya ragu, tapi setelah saya pelajari ternyata kotoran sapi sangat membantu menyuburkan kebun saya. Akhirnya saya pun menyetujui untuk membuat kandang disana.
Awalnya orang tersebut membuat satu kandang dengan jumlah 20 ekor sapi. Selang beberapa lama kemudian kandangnya menjadi dua buah, karena ada juga orang lain yang menitipkan sapi nya dikebun saya. Sehingga total ada 53 ekor sapi berkeliaran di kebun. Alhamdulillah setidaknya kebutuhan pupuk saya menjadi lebih ringan.
Tapi tetap saja saya berusaha untuk mecari pupuk. Karena kotoran sapi hanya menutupi sekitar 10 persen dari total kebutuhan pupuk untuk kebun.
Saya berfikir keras untuk mendapatkan pupuk. Saya pupuk sekarang atau harus menunggu tahun depan. Yang berarti kebun saya semakin rusak.
Akhirnya saya pun mencoba adu nasib untuk meminjam dana dengan orang yang sama sekali tidak saya kenal. Alhamdulillah orang itu pun setuju untuk meminjamkan modal setelah saya yakinkan. Padahal kita baru saja kenal.
Namun peminjaman tersebut ada syaratnya. Pertama, pembayaran dicicil dan dilakukan setiap kali saya panen. Kedua, uang tersebut untuk membeli pupuk dan tidak digunakan untuk hal lain. Yang ketiga, saya harus menyiapkan uang 10 juta sebagai biaya administrasinya. Untuk poin no satu dan dua saya tidak ada masalah. Tapi untuk poin ketiga yang agak berat. Kenapa? Karena saya tidak pegang uang. Saldo saya hanya 1 juta.
Saya putar otak lagi untuk mendapatkan 9 jutanya. Dipikiran saya, bagaimana modal 1 juta ini tapi saya bisa menghasilkan miliaran rupiah.
Setelah kasak kusuk, saya pun mendapatkan pinjaman sebesar 9 juta. Bersyukur ada yang meminjamkan walau temponya hanya 1 minggu. Itu pun harus dikembalikan tepat waktu dan harus cash (tidak boleh dicicil). Saya menyanggupi.
10 juta terkumpul. Saya lunasi administrasinya. Dan saya dijanjikan pinjaman tersebut akan cair dalam 2 hari kedepan.
Setelah 2 hari, ternyata pinjaman tersebut belum juga cair. Saya mulai gelisah. Apa lagi, saya melihat gelagat bahwa orang tersebut mulai bimbang untuk men support saya. Mungkin karena saya masih muda dan baru kenal.
Saya mulai gelisah. Karena bukan hanya 9 juta yang terancam tidak bisa dikembalikan. Tapi banyak hal lain yang saya pertaruhkan seandainya uang itu tidak cair (saya tidak bisa menjabarkan kebutuhan apa saja).
Saya pun melakukan manajemen kepepet. Yaitu saat kita kepepet, kita pun akan semakin nekat. Saya tekan dan yakinkan orang itu agar mau mencairkan pinjamannya. Tidak bisa tidak, pokoknya harus cair. Dan pada momen ini iman saya pun benar-benar bertambah. Doa dan ibadah saya lakukan setiap saat (biasalah manusia kalo susah biasanya suka begitu).
Dan Alhamdulillah setelah melalui perjuangan panjang, uangnya pun cair. Tapi ada masalah lain. Uang yang cair tidak sesuai harapan. Tapi tetap saya terima. Toh saya tidak punya pilihan lagi.
Saya putar otak lagi supaya uang ini bisa menutup semua kebutuhan yang diperlukan. Tidak bisa tidak. Harus !!!
Langkah pertama adalah saya mencari toko penjual pupuk besar yang bisa kredit. Setelah dapat, saya pun menemui nya dan berkenalan. Saya katakan dan yakinkan kepada pemiliknya bahwa saya mau order pupuk dalam jumlah besar. Saya akan bayar DP 80 persen dan sisa 20 persennya akan saya cicil. Alhamdulillah dia pun mau. Walau awalnya ragu.
Lalu sisa uangnya saya bayarkan hutang 9 juta, bayar emas untuk investasi dan membayar kebutuhan yang urgen lainnya.
Singkatnya, belum semua kebun saya yang dipupuk. Mungkin baru 60 persennya. Tapi target 2011 saya untuk perkebunan Alhamdulillah tercapai. Dan 2012 sudah disiapkan dan insya Allah lebih baik lagi.
Rabu, 04 Januari 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar