Pemimpin sangat lah mempunyai peranan besar dalam hal membawa kemajuan ataupun kebangkitan para pengikutnya. Pemimpin adalah ibarat supir dan rakyat adalah penumpangnya. Jadi tugas pemimpin adalah membawa para penumpang tersebut untuk sampai ke tujuan dengan selamat.
Kita mengenal pemimpin di rumah tangga yaitu Bapak sebagai kepala rumah tangga. Dan ada juga pemimpin Negara yaitu presiden atau raja.
Pemimpin yang baik adalah yang memberikan kesejahteraan, perlindungan, keadilan dan menjaga moral serta akhlak rakyatnya dan menjadikan negaranya sebagai baldatul tayibatun wa rabbun ghafur.
Sejarah pernah membuktikan pada saat kekhilafan Islam masih berdiri di dunia ini. Dimana kebutuhan rakyatnya bisa terpenuhi. Dimana keadilan bisa di tegakkan. Dimana tidak ada perbedaan antara kaum minoritas maupun mayoritas. Serta tidak adanya kesenjangan social.
Lihatlah pada saat Rasulullah memimpin umat Islam atau pada saat Khulafur Rasyidin. Ummat Islam bisa hidup sejahtera dan bersatu secara agama maupun negara.
Atau pada saat khalifah Umar bin Abdul Aziz, dimana baitul mal kebingungan untuk mendistribusikan hasil zakat karena semua rakyatnya sejahtera sehingga lebih banyak pemberi zakat dari pada penerima.
Bandingkan dengan keadaan Indonesia sekarang ini. Dimana hukum bisa diperjual belikan, kesenjangan social terjadi dimana mana, korupsi menggurita di setiap sector dan kebobrokan kebobrokan lainnya.
Indonesia membutuhkan pemimpin yang mampu membawa Negara ini maju dalam segala bidang. Pemimpin yang mampu merubah tidak hanya rezim masa lalu, akan tetapi seseorang yang bisa merombak total sistem yang ada di Indonesia sekarang ini.
Berikut adalah criteria pemimpin yang dibutuhkan Indonesia untuk menuju kepada kebangkitan yang cemerlang. Criteria ini diambil dari Koran Republika pada tanggal 23 April 2010 oleh Ustadz Arifin Ilham.
1. Teladan dalam ketaqwaan dan paham Kitabullah dan Sunnah. Contoh keteladanan itu bisa di lihat pada Abu Bakar as Shidiq pada pidato pertamanya saat terpilih sebagai khalifah Islam. Beliau berkata “Jika kepemimpinanku benar menurut Al Quran dan Sunnah maka ikuti aku. Jika tidak, maka tinggalkanlah aku”
2. Wara (berhati hati dalam hukum Allah SWT) dan Istiqamah. “Sesungguhnya orang orang yang mengatakan ‘Tuhan kami adalah Allah’ kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan) ‘jangan lah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan surga yang telah di janjijakan Allah kepadamu. Kami-lah pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; didalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) didalamnya apa yang kamu minta” (41:30-31)
3. Sehat, kuat, cerdas dan visioner dalam membangun dan mensejahterakan rakyat “Hai orang orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok, dan bertaqwalah kepada Allah dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (59:18)
4. Ahli ibadah, dzikir, tadabur Quran, berjamaah di mesjid, puasa sunnah dan ahli tahajud
5. Tsiqah (bisa di percaya), adil, jujur, amanah, tepat janji, tegas dan berani.
6. Rendah hati, merakyat, tulus mencintai rakyatnya, serta dekat dengan anak yatim piatu dan fakir miskin
7. Jabatan menjadi wasilah dakwah “Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba tiba orang yang di antaramu dan diantara dia ada permusuhan seolah oleh telah menjadi teman yang setia” (41:34)
8. Mendengar nasihat ulama, siap dikritik, terus belajar, tidak mudah tersinggung dan marah. “Syu’ayb berkata: Hai kaumku, bagaimana pikiranmu jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhan ku dan dianugrahi Nya aku dari Nya rezeki yang baik (patutkah aku menyalahi perintah Nya)? Dan aku tidak berkehendak menyalahi kamu (dengan mengerjakan) apa yang aku larang. Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakal dan hanya kepada Nya lah aku kembali” (11:88)
9. Selalu berdoa untuk rakyatnya disertai tawakal yang kuat “Maka disebabkan rahmat dari Allah lah kamu berlaku lemah terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauh diri dari sekeliling mu. Karena itu, maafkanlah mereka; mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakal lah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang yang bertawakal kepada Nya” (3:159)
Kita mengenal pemimpin di rumah tangga yaitu Bapak sebagai kepala rumah tangga. Dan ada juga pemimpin Negara yaitu presiden atau raja.
Pemimpin yang baik adalah yang memberikan kesejahteraan, perlindungan, keadilan dan menjaga moral serta akhlak rakyatnya dan menjadikan negaranya sebagai baldatul tayibatun wa rabbun ghafur.
Sejarah pernah membuktikan pada saat kekhilafan Islam masih berdiri di dunia ini. Dimana kebutuhan rakyatnya bisa terpenuhi. Dimana keadilan bisa di tegakkan. Dimana tidak ada perbedaan antara kaum minoritas maupun mayoritas. Serta tidak adanya kesenjangan social.
Lihatlah pada saat Rasulullah memimpin umat Islam atau pada saat Khulafur Rasyidin. Ummat Islam bisa hidup sejahtera dan bersatu secara agama maupun negara.
Atau pada saat khalifah Umar bin Abdul Aziz, dimana baitul mal kebingungan untuk mendistribusikan hasil zakat karena semua rakyatnya sejahtera sehingga lebih banyak pemberi zakat dari pada penerima.
Bandingkan dengan keadaan Indonesia sekarang ini. Dimana hukum bisa diperjual belikan, kesenjangan social terjadi dimana mana, korupsi menggurita di setiap sector dan kebobrokan kebobrokan lainnya.
Indonesia membutuhkan pemimpin yang mampu membawa Negara ini maju dalam segala bidang. Pemimpin yang mampu merubah tidak hanya rezim masa lalu, akan tetapi seseorang yang bisa merombak total sistem yang ada di Indonesia sekarang ini.
Berikut adalah criteria pemimpin yang dibutuhkan Indonesia untuk menuju kepada kebangkitan yang cemerlang. Criteria ini diambil dari Koran Republika pada tanggal 23 April 2010 oleh Ustadz Arifin Ilham.
1. Teladan dalam ketaqwaan dan paham Kitabullah dan Sunnah. Contoh keteladanan itu bisa di lihat pada Abu Bakar as Shidiq pada pidato pertamanya saat terpilih sebagai khalifah Islam. Beliau berkata “Jika kepemimpinanku benar menurut Al Quran dan Sunnah maka ikuti aku. Jika tidak, maka tinggalkanlah aku”
2. Wara (berhati hati dalam hukum Allah SWT) dan Istiqamah. “Sesungguhnya orang orang yang mengatakan ‘Tuhan kami adalah Allah’ kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan) ‘jangan lah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan surga yang telah di janjijakan Allah kepadamu. Kami-lah pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; didalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) didalamnya apa yang kamu minta” (41:30-31)
3. Sehat, kuat, cerdas dan visioner dalam membangun dan mensejahterakan rakyat “Hai orang orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok, dan bertaqwalah kepada Allah dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (59:18)
4. Ahli ibadah, dzikir, tadabur Quran, berjamaah di mesjid, puasa sunnah dan ahli tahajud
5. Tsiqah (bisa di percaya), adil, jujur, amanah, tepat janji, tegas dan berani.
6. Rendah hati, merakyat, tulus mencintai rakyatnya, serta dekat dengan anak yatim piatu dan fakir miskin
7. Jabatan menjadi wasilah dakwah “Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba tiba orang yang di antaramu dan diantara dia ada permusuhan seolah oleh telah menjadi teman yang setia” (41:34)
8. Mendengar nasihat ulama, siap dikritik, terus belajar, tidak mudah tersinggung dan marah. “Syu’ayb berkata: Hai kaumku, bagaimana pikiranmu jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhan ku dan dianugrahi Nya aku dari Nya rezeki yang baik (patutkah aku menyalahi perintah Nya)? Dan aku tidak berkehendak menyalahi kamu (dengan mengerjakan) apa yang aku larang. Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakal dan hanya kepada Nya lah aku kembali” (11:88)
9. Selalu berdoa untuk rakyatnya disertai tawakal yang kuat “Maka disebabkan rahmat dari Allah lah kamu berlaku lemah terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauh diri dari sekeliling mu. Karena itu, maafkanlah mereka; mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakal lah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang yang bertawakal kepada Nya” (3:159)
0 komentar:
Posting Komentar