gerakNEWS–Hamaydi Raja Sultan Harahap, sebagai aktivis Gerakan Pemuda
Islam, yang sekarang sedang menangani pemberdayaan ekonomi kerakyatan
di Sumatera Selatan, tepatnya di Tapanuli Selatan, memberikan catatan
perjalanannya yang langsung bersentuhan dengan realitas perkebunan
sawit.
Hamaydi mengatakan kepada gerakNEWS, bahwa “Indonesia adalah
penghasil kelapa sawit terbesar didunia.Pada tahun 2011 saja,Indonesia
bisa mengekspor minyak sawit mentah (CPO) sebanyak 16,5 juta ton dan
dari situlah diolah menjadi minyak masak, minyak industri, biodiesel
dll. Kemudian, ia menambahka “Perkebunan kelapa sawit banyak terdapat di
Sumatra dan Kalimantan. Apabila kita berkendara maka bisa dilihat
sepanjang jalan lintasnya terhampar kebun-kebun sawit beserta
aktivitasnya.
Perlu dicatat, wajar saja bila banyak pengusaha-pengusaha besar
mengambil sektor ini. Meskipun begitu, sektor ini hanyalah dikuasai oleh
pemilik modal. Petani-petani kecil hanya bisa menghisap jempol melihat
orang “berpesta” di wilayah mereka. Salah satu contohnya di Tapanuli
Selatan. Di sini terdapat ribuan hektar kebun sawit milik perusahaan dan
pengusaha pengusaha besar. Disini juga berdiri pabrik-pabrik pengeloaan
CPO. Perputaraan uang nya sehari bisa mencapai miliaran rupiah. Tapi
yang membuat miris adalah warga lokal hanya menjadi pekerja kebun atau
pabrik. Nasib mereka bergantung erusahaan atau pengusaha-pengusaha
pendatang. Mereka menjadi pekerja di kampung mereka sendiri.
Kalaupun ada warga lokal yang memiliki kebun, itu pun hanya beberapa
orang. Dan luas tanahnya pun tak seberapa.Untuk kondisi sekarang setelah
Idul Fitri, Tapanuli Selatan sedang panen raya. Hasil buahnya bisa 2 x
lipat dari hasil normal. Apakah semua berpesta? Yang berpesta hanya
pemodal besar. Petani kecil justru menjerit. Biar banyak, harga buahnya
turun (biasanya diatas 1500/kg sekarang antara 950 – 1100/ kg). Jadi
buat apa ada kenaikan buah kalo harganya turun.
Sekarang sudah memasuki masa pemupukan. Harga pupuk terus naik. Belum
lagi upah pekerja, pembersihan, panen dll. Memang ada pupuk bersubsidi
dari pemerintah, tapi kualitasnya tidak sebaik non subsidi dan stocknya
pun jarang. Selain itu, pemerintah hanya memberikan subsidi kepada 2
jenis pupuk saja urea (ZA) dan SP36. Padahal dibutuhkan minimal 5 jenis
pupuk untuk sawit.
Gemerlap kelapa sawit tidak sampai ke rakyat kecil. Walaupun
Indonesia salah satu penghasil kelapa sawit terbesar didunia, tapi
sektor ini hanya menguntungkan pengusaha besar. Pemerintah harus membuat
kebijakan dan edukasi yang pro terhadap petani kecil sehingga mereka
tidak menjadi budak ditanah sendiri. Demikianlah, Hamaydi menuturkan
tulisan ini kepada gerakNEWS, semoga bermanfaat atas info yang Anda
baca, dan Hamaydi akan terus menurunkan berita langsung dari perkebunan
sawit, Sumatera Utara. (abu@hmadein)
http://geraknews.com/2012/09/sawit-hanya-untuk-konglomerat/
Selasa, 02 Oktober 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar