Selasa, 02 Oktober 2012

Sawit Hanya Untuk Konglomerat

gerakNEWS–Hamaydi Raja Sultan Harahap, sebagai aktivis Gerakan Pemuda Islam, yang sekarang sedang menangani pemberdayaan ekonomi kerakyatan di Sumatera Selatan, tepatnya di Tapanuli Selatan, memberikan catatan perjalanannya yang langsung bersentuhan dengan realitas perkebunan sawit.
Hamaydi mengatakan kepada gerakNEWS, bahwa “Indonesia adalah penghasil kelapa sawit terbesar didunia.Pada tahun 2011 saja,Indonesia bisa mengekspor minyak sawit mentah (CPO) sebanyak 16,5 juta ton dan dari situlah diolah menjadi minyak masak, minyak industri, biodiesel dll. Kemudian, ia menambahka “Perkebunan kelapa sawit banyak terdapat di Sumatra dan Kalimantan. Apabila kita berkendara maka bisa dilihat sepanjang jalan lintasnya terhampar kebun-kebun sawit beserta aktivitasnya.
Perlu dicatat, wajar saja bila banyak pengusaha-pengusaha besar mengambil sektor ini. Meskipun begitu, sektor ini hanyalah dikuasai oleh pemilik modal. Petani-petani kecil hanya bisa menghisap jempol melihat orang “berpesta” di wilayah mereka. Salah satu contohnya di Tapanuli Selatan. Di sini terdapat ribuan hektar kebun sawit milik perusahaan dan pengusaha pengusaha besar. Disini juga berdiri pabrik-pabrik pengeloaan CPO. Perputaraan uang nya sehari bisa mencapai miliaran rupiah. Tapi yang membuat miris adalah warga lokal hanya menjadi pekerja kebun atau pabrik. Nasib mereka bergantung erusahaan atau pengusaha-pengusaha pendatang. Mereka menjadi pekerja di kampung mereka sendiri.
Kalaupun ada warga lokal yang memiliki kebun, itu pun hanya beberapa orang. Dan luas tanahnya pun tak seberapa.Untuk kondisi sekarang setelah Idul Fitri, Tapanuli Selatan sedang panen raya. Hasil buahnya bisa 2 x lipat dari hasil normal. Apakah semua berpesta? Yang berpesta hanya pemodal besar. Petani kecil justru menjerit. Biar banyak, harga buahnya turun (biasanya diatas 1500/kg sekarang antara 950 – 1100/ kg). Jadi buat apa ada kenaikan buah kalo harganya turun.
Sekarang sudah memasuki masa pemupukan. Harga pupuk terus naik. Belum lagi upah pekerja, pembersihan, panen dll. Memang ada pupuk bersubsidi dari pemerintah, tapi kualitasnya tidak sebaik non subsidi dan stocknya pun jarang. Selain itu, pemerintah hanya memberikan subsidi kepada  2 jenis pupuk saja urea (ZA) dan SP36. Padahal dibutuhkan minimal 5 jenis pupuk untuk sawit.
Gemerlap kelapa sawit tidak sampai ke rakyat kecil. Walaupun Indonesia salah satu penghasil kelapa sawit terbesar didunia, tapi sektor ini hanya menguntungkan pengusaha besar. Pemerintah harus membuat kebijakan dan edukasi yang pro terhadap petani kecil sehingga mereka tidak menjadi budak ditanah sendiri. Demikianlah, Hamaydi menuturkan tulisan ini kepada gerakNEWS, semoga bermanfaat atas info yang Anda baca, dan Hamaydi akan terus menurunkan berita langsung dari perkebunan sawit, Sumatera Utara. (abu@hmadein)

http://geraknews.com/2012/09/sawit-hanya-untuk-konglomerat/

0 komentar:

Posting Komentar