Jumat, 12 November 2010

Catatan Jambi II

''Dan taatilah Allah dan Rasul supaya kamu diberi rahmat'' (3;132)

''Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba'' (2;275)

''Dan sesungguhnya akan kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan dan kekurangan harta, jiwa dan buah buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang orang yang sabar'' (2;155)

''Dan barang siapa yang menaati Allah dan Rasul Nya, mereka itu akan bersama sama dengan orang orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah'' (4;69)

''Bahwa 9 dari 10 pintu rizki terletak pada perniagaan (bisnis)'' (hadist)

Sebelum saya datang ke Jambi, saya mendapat 2 bekal yang sangat berharga. Bekal tersebut bukanlah berupa materi. Akan tetapi ilmu ilmu yang insya Allah bermanfaat untuk diri saya, orang lain dan pemberi ilmu itu sendiri.

Bekal yang pertama datangnya dari kawan kawan saya. Mereka memberikan ilmu mengenai agama khususnya hukum hukum muammalah. Mereka memberikan ilmu tentang betapa kita harus selalu berpegang teguh pada Quran dan Hadist. Lebih jauhnya, kawan kawan saya memberikan pengetahuan berharga mengenai hukum jual beli, khiyar, sewa menyewa (ijarah), hutang (al qardh) dan lain sebagainya yang berhubungan dengan bisnis Islami.

Bekal kedua diberikan ayah saya. Beliau mengingatkan bahwa kita harus terus bergerak. Dengan kita bergerak maka akan datanglah ide atau solusi (atau bahasa beliau mencari nasratullah).

Selain bergerak, beliau juga menyarankan untuk menguatkan hati untuk mencapai tujuan. Yakin dan jangan ada keraguan. Bahwa apa yang ada dihati kita, itu lah yang akan kita dapatkan. Kekuatan hati inilah yang menimbulkan permintaan kepada Allah SWT. Beliau mengutip surah al fatihah; 5. Bahwa ada doa dan ada permintaan.

Bahwa doa khusus untuk ummat Muhammad saja. Sedangkan permintaan diberikan kepada semua manusia. Itulah mengapa orang orang china dan yahudi lebih sukses dari pada kita. Ini karena mereka mempunyai hati yang kuat untuk meminta.

Kebulatan hati inilah yang menjadikan keyakinan. Dan keyakinan tersebut yang menjadi kekuatan. Atau bahasa Ayah saya, Faith To Be Power!!!

Kedua bekal inilah yang saya gunakan selama di Jambi. Bahwa bisnis yang baik adalah bisnis yang penuh keberkahan dan penuh keridha an dari Allah SWT dengan selalu menjadikan hukum hukum Nya sebagai landasan. Dan untuk mencapai kesuksesan bisnis , maka saya harus terus bergerak penuh keyakinan (dengan hati sebagai kekuatan).

Satu setengah bulan sudah saya di Jambi. Dan kedua bekal tersebut masih saya pergunakan sampai sekarang. Memang pada perakteknya agak sulit. Apalagi Indonesia tidak menggunakan sistem Islam. Jadi saya harus benar benar selektif dalam menentukan kebijakan. Belum lagi tantangan tantangan dan hambatan yang lain, seperti faktor finansial, menghindari riba, menghindari suap menyuap dan perkara perkara lain yang kadang menggoyahkan iman dan mental saya.

Tapi saya yakin, kemenangan akan datang apabila saya tetap berpegang teguh pada hukum Allah. Yang jelas saya tetap mencari keridhaan Nya, terus bergerak dan menjadikan hati sebagai kekuatan (faith to be power).

Saya mendapat pelajaran bahwa walaupun saya dalam kondisi ketakutan, kelaparan ataupun kekurangan, akan tetapi saya harus bersikap sabar, tawakal dan terus bergerak.

Rabu, 03 November 2010

Betulkah Homoseks adalah Kehendak Tuhan?

Oleh Eko Yuniarsih (Aktivis Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia)

Kalangan lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) tak berhenti mencari dukungan atas penyimpangan perilaku yang mereka idap. Berbagai upaya telah dilakukan agar perilaku “sakit” kelompok ini dapat diterima oleh masyarakat luas di negara ini. Dede Oetomo, staf pengajar di FISIP Universitas Airlangga adalah salah satu pendiri dan aktivis Lambda Indonesia (1982), organisasi gay pertama di Indonesia, pendiri dan Ketua KKLGN (Kelompok Kerja Lesbian dan Gay Nusantara).

Dede juga merintis publikasi Majalah GAYa NUSANTARA. Dari hasil jeri payahnya Dede mendapat anugerah Felipe de Souza Award dari International Gay and Lesbian Human Rights Commision (IGLHRC), pada tahun 1998 dan Utopian Award.

Pada tahun 2004 sebuah buku yang merupakan kumpulan artikel dari Jurnal Justisia Fakultas Syariah IAIN, Semarang edisi 25 tahun I, diterbitkan. Dengan judul “Indahnya Kawin Sesama Jenis: Demokratisasi dan Perlindungan Hak-Hak Kaum Homoseksual,” kaum homoseks kembali berusaha agar eksistensinya diakui dan diterima.

Islam dan Kristen Mengecam Homoseksual

Dalam sejarah peradaban manusia, fenomena penyimpangan seksual sudah muncul jauh sebelum masa Nabi Muhammad SAW, tepatnya pada masa Nabi Luth yang diutus untuk kaum Sodom. Hampir semua kitab tafsir mengabadikan kisah tersebut ketika menyingkap kandungan ayat-ayat yang berkaitan dengan kisah nabi Luth.

Allah SWT berfirman: Dan Luth ketika berkata kepada kaumnya: mengapa kalian mengerjakan perbuatan faahisyah (keji) yang belum pernah dilakukan oleh seorangpun sebelum kalian. Sesungguhnya kalian mendatangi laki-laki untuk melepaskan syahwat, bukan kepada wanita; malah kalian ini kaum yang melampaui batas. Jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan: “Usirlah mereka dari kotamu ini, sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura mensucikan diri. Kemudian Kami selamatkan dia dan pengikut-pengikutnya kecuali istrinya; dia termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan). Dan Kami turunkan kepada mereka hujan (batu); maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa itu.” [QS Al-A'raf:80-84]. Nabi Muhammad saw. juga bersabda, “Siapa saja yang menemukan pria pelaku homoseks, maka bunuhlah pelakunya tersebut.” (HR Abu Dawud, at-Tirmizi, an-Nasai, Ibnu Majah, al-Hakim, dan al-Baihaki). Imam Syafii berpendapat, bahwa pelaku homoseksual harus dirajam tanpa membedakan apakah pelakunya masih bujangan atau sudah menikah.

Tak hanya Islam, agama Kristen pun menganggap homoseks adalah perilaku yang menyimpang. Bibel menyebutnya sebagai ibadah kafir yang lazim dikenal dengan nama “pelacuran kudus”. Bibel sangat mengutuk dan mengecam pelakunya karena itu bertentangan dengan moral. Gereja Katolik, misalnya, tetap mempertahankan doktrinnya yang menolak praktek homoseksual. Tahun 1975, Vatikan mengeluarkan keputusan bertajuk “The Vatican Declaration on Sexual Ethics.” Isinya, antara lain menegaskan: “It (Scripture) does attest to the fact that homosexual acts are intrinsically disordered and can in no case be approved of.” Sementara Paus Benediktus XVI dalam pidatonya pada malam Tahun Baru 2006, juga menegaskan kembali tentang terkutuknya perilaku homoseksual.

Bahkan di Amerika, negara nomor satu pengusung faham liberal, setengah dari penduduknya menentang perilaku abnormal ini. Dari hasil sebuah survei yang dilakukan oleh Pew, yang dilaksanakan antara 15-19 Oktober 2003, mendapati penentang perkawinan gay meningkat menjadi 59 persen responden dari 53 persen dalam survai sebelumnya Juli lalu. Survei itu juga mendapati penentangan terhadap perkawinan sesama jenis lebih keras di antara kelompok-kelompok keagamaan. Pengumpulan pendapat itu menyertakan 1.512 orang dewasa, dengan marjin kesalahan tiga.

Benarkah Homoseks terjadi secara Alami?

Para pembela dan kaum homosesks mengatakan bahwa penyimpangan perilaku mereka, adalah sesuatu yang alami dan created by God. Sehingga, anggapan masyarakat selama ini yang memandang homoseks adalah sesuatu yang hina, tercela dan berdosa, dikatakan sebagai anggapan yang bertentangan dengan kenyaataan yang ada dan melanggar hak asasi manusia (HAM). Benarkah demikian ?

Psikiater Prof. Dr. Dadang Hawari menyatakan, munculnya penyimpangan seksual ini tidak terjadi secara alamiah begitu saja, tapi ini masalah psikologi (kejiwaan) yang terjadi karena lingkungan yang rusak. Seseorang yang melakukan penyimpangan ini, kemungkinannya ada dua, pertama seseorang mengalami kelainan ini karena trauma masa lalu, misalnya ia pernah jadi korban (maaf) sodomi sehingga ia ingin membalas dendam kepada orang lain atas apa yang terjadi padanya. Makanya seringkali kelainan seksual ini dianggap sebagai ‘penyakit menular’ dimana ketika seseorang menjadi korban biasanya ia berupaya untuk balas dendam dengan melakukan hal yang sama dan seterusnya. Kedua, kelainan seksual terjadi karena kebosanan terhadap lawan jenis atau karena ia hidup secara terus menerus dilingkungan lawan jenisnya.

Ada fakta yang harus diketahui dan dilihat secara obyektif oleh kalangan homoseksual. Beberapa waktu yang lalu, seorang waria yang pernah menyabet gelar Miss Waria, tersadar dan kembali pada kodratnya menjadi laki-laki. Jika ada kemauan yang kuat pada diri sendiri, maka waria ataupun kalangan homoseksual dapat mengubah perilaku “sakit”nya, ujar mantan waria tersebut.

Jadi jika homoseksual adalah sesuatu yang alami dan diciptakan oleh Tuhan, maka mantan Miss Waria tersebut tentu tak akan dapat kembali menjadi laki-laki normal. Masalahnya adalah kaum homoseks ini mau atau tidak.

Tindakan Preventif Islam

Sebagai agama paripurna, Islam telah memberikan solusi preventif menangkal terjadinya penyimpangan perilaku seksual. Islam menetapkan terpisahnya tempat tidur anak laki-laki dan anak perempuan sejak usia tujuh tahun. Syariat Islam juga menetapkan bahwa jama’ah laki-laki dan perempuan dalam kehidupan umum adalah terpisah, kecuali dalam hal muamalat.

Selain solusi preventif, Islam juga memberikan hukuman yang tegas terhadap kelainan seksual ini. Pelaku praktik homoseks diganjar dengan hukuman mati. Hukuman inipun bukan dilaksanakan oleh individu, tetapi negara yang menetapkan (al-Maliki, 2002 : 54). Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah saw., “Siapa saja yang menemukan pria pelaku homoseks, maka bunuhlah pelakunya tersebut.” (HR Abu Dawud, at-Tirmizi, an-Nasai, Ibnu Majah, al-Hakim, dan al-Baihaki).

Dengan lingkungan kondusif, penyimpangan perilaku homoseksual tak akan tumbuh dengan subur. Apalagi negara benar-benar menjaga penduduknya dari perilaku ’sakit’ tersebut. Homoseksual bukanlah alami diciptakan Tuhan, melainkan penyimpangan perilaku akibat pengaruh berbagai faktor lingkungan. Sekali lagi, asalkan mau, kalangan LGBT dapat kembali normal, menjadi laki-laki atau perempuan.


http://hizbut-tahrir.or.id/2010/10/31/betulkah-homoseks-adalah-kehendak-tuhan/

Masih adakah Indonesia 100 tahun kedepan

''Dan bila dikatakan kepada mereka; janganlah kamu membuat kerusakan dibumi ini, mereka menjawab; Sesungguhnya kami orang orang yang mengadakan perbaikan. Ingatlah sesungguhnya mereka itulah orang orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar. Apabila dikatakan kepada mereka; Berimanlah kamu sebagaimana orang orang lain telah beriman. Mereka menjawab; Akan berimankah kami sebagaimana orang orang yang bodoh itu telah beriman? Ingatlah sesungguhnya merekalah orang orang bodoh, tetapi mereka tidak tahu'' (al Baqarah; 11-13)

Nabi Nuh as diangkat oleh Allah SWT sebagai rasul untuk mengajak kaumnya agar menyembah Allah. Namun mereka ingkar dan justru menutup diri mereka akan seruan tersebut. Mereka lebih memilih kenikmatan dunia dari pada akhirat. (71; 21-24).
Pada akhirnya Allah menurunkan azab Nya berupa hujan yang menenggelamkan kaum Nuh (71-25).

Begitu pula halnya dengan kaum nabi Luth as. Kaum ini menolak untuk menyembah Allah dan mementingkan urusan dunia. Kaum Sodom sangat terkenal dengan perilaku seksualnya yang menyimpang, selain tingkah laku mereka yang selalu berkhianat (27: 54-55).
Peringatan Luth as tidak digubris, dan Allah pun menurunkan hujan batu yang menghancurkan kaum tersebut (27;58)

Contoh diatas adalah dua dari sekian banyak contoh mengenai kaum yang ingkar menyembah Allah. Meskipun sudah berkali kali diperingatkan, namun mereka tetap membangkang. Dan azab Allah pun akhirnya turun.

Beberapa waktu lalu, Indonesia diguncang oleh bencana yang datang hampir bersamaan. Saat kota Jakarta sedang sibuk oleh bencana banjir, tiba tiba mentawai bergejolak dengan gempa buminya. Disusul gunung Merapi yang memuntahkan isinya.
Istilahnya, kita di 'serang' dari dua arah sekaligus, yaitu dari atas (hujan) dan dari bawah (gempa dan letusan gunung).

Ini sudah jelas jelas peringatan dari Allah SWT agar kita bertobat dan kembali menggunakan hukum Islam. Allah memperingatkan bahwa segala musibah yang menimpa kita karena ulah tangan kita sendiri (42;30).

Sudah saatnya kita mengintropeksi diri dan bangkit. Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka masing masing (13;11). Ayat ini menerangkan bahwa kita lah yang harus melakukan perubahan agar nasib negeri ini tidak lagi dirundung petaka.

Apa yang terjadi pada kaum Nuh as dan Luth as adalah hampir sama dengan keadaan yang terjadi pada masyarakat Indonesia sekarang ini.
Sudah banyak perilaku seksual yang menyimpang, Sudah jelasnya seks bebas, dan sudah banyak bencong bencong yang tanpa malu berkeliaran ditengah tengah kita.
Yang lebih parahnya lagi, banyak pula kelompok kelompok yang meneriakkan kebebasan seks dan legalitas perkawinan sesama jenis.

Selain itu, Indonesia menjadi negara munafik. Banyak orang berlomba lomba untuk mencitrakan dirinya agar terlihat baik. Tujuannya agar mendapatkan penghormatan dan kemuliaan dimata orang. Padahal, Allah lah yang berhak memuliakan ataupun menghinakan seseorang (3;26).

Dan masih banyak lagi kemungkaran kemungkaran yang kita lakukan. Namun hanya sedikit orang orang atau kelompok kelompok yang mencegah kemungkaran tersebut. Kalo pun ada, maka orang dan kelompok ini akan mengalami sinisme, cacian, makian bahkan perlawanan dari khalayak umum.

Sudah cukup segala teguran teguran Allah selama ini. Sudah saatnya kita sadar dan kembali kepada Islam. Sudah saatnya kita menggunakan Islam secara menyeluruh (kaffah) dan meninggalkan perkara perkara yang diharamkan Nya.

Semoga 100 tahun kedepan Indonesia masih tetap ada. Bukan bagian dari cerita sejarah tentang suatu kaum yang binasa karena kemungkarannya